Jumat, 15 Januari 2021

, , ,

Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern

A   Hakikat Historiografi
x

Setiap penulisan sejarah pasti akan berbeda, karena ditulis berdasarkan perspektif seorang sejarawan yang menulis sejarah tersebut. Sehingga dalam sebuah penulisan atau historiografi terdapat perkembangan penulisan sejarah, perkembangan penggunaan teori dan metodologi, serta seni pengungkapan dan penyajian sejaran.

1.       Pengertian Historiografi

Secara harfiah, historiografi dapat diartikan sebagai suatu usaha mengenai penelitian ilmiah yang cenderung menjurus pada tindakan manusia di masa lampau. Historiografi dapat juga diartikan sebagai rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses.

 

Guna lebih jelasnya memahami pengertian historiografi, berikut disajikan menurut pendapat sejarawan.

a.       Prof. Dr. Ismaun M.Pd

Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang disebut sejarah.

b.       Prof. Dr. Helius Sjamsuddin M.A

Historiografi adalah suatu sintesis yang dihasilkan oleh sejarawan dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh.

c.        Drs. Sugiyanto, M. Hum

Historiografi adalah puncak kegiatan penelitian sejarah setelah memilih subjek yang diminati dalam penelitian sejarah, kemudian mencari sumber-sumber dan menafsirkan informasi yang terkandung didalamnya.

d.       Drs. Haryono, M.Pd

Historiografi adalah suatu kisah masa lampau yang direkonstruksi oleh sejarawan berdasarkan fakta yang ada.

e.       Prof. A. Daliman, M.Pd

Historiografi adalah penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkapkan, diuji (verifikasi), dan diinterprestasi.

f.         Abdurahman Hamid dan Muhammad Saleh Majid

Historiografi adalah berbagai pernyataan mengenai masa silam yang telah disintesiskan selanjutnya ditulis dalam kisah sejarah.

 

2.       Tujuan Historiografi

Berikut tujuan historiografi.

a.     Sekedar kenangan pribadi untuk keluarga

b.     Koreksi atau pembelaan peranan sendiri atau golongan

c.     Kisah kepahlawanan

d.     Sebagai apologi atau kepentingan Pendidikan

e.     Memberikan legitimasi pada keberadaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka

f.      Menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain didunia

g.     Memberikan pendidikan nasionalisme kepada generasi muda sebagai warga negara dan sebagai penerus bangsa

 

3.       Fungsi Historiografi

Berikut fungsi historiografi.

a.     Fungsi genetis untuk mengungkapkan bagaimana asal usul sebuah peristiwa. Fungsi ini terlihat pada sejumlah penulisan sejarah, seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, dan prasasti Kutai.

b.     Fungsi didaktis merupakan fungsi yang mendidik artinya dalam karya-karya sejarah banyak memuat pelajaran, hikmah, dan suri teladan yang penting bagi para pembacanya.

c.     Fungsi pragmatis berkaitan dengan upaya untuk melegitimasi suatu kekuasaan agar terlihat kuat dan berwibawa.

 

4.       Prinsip Historiografi

Prinsip-prinsip historigrafi, yaitu sebagai berikut.

a.     Kejadian diceritakan secara kronologis, dari awal sampai akhir.

b.     Ada penentuan fakta kausal (penyebab dan akibat)

c.     Perlu adanya periodasi berdasarkan kriteria tertentu

d.     Perlu adanya seleksi terhadap peristiwa sejarah

e.     Memerlukan episode-episode tertentu

f.      Bila bersifat deskriptif, perlu proses mengurutkan peristiwa

g.     Bersifat deskriptif analitis

 

5.       Subjektivitas Historiografi

Historiografi adalah Langkah terakhir dalam sebuah penelitian yang menggunakan metode sejarah. Namun, menurut Soedjatmoko dalam bukunya An Introduction to Indonesia Historiography seperti yang dikutip dalam Poespoprodjo, historiografi adalah Langkah terberat karena dalam Langkah terakhir inilah pembuktian metode sejarah sebagai suatu bentuk disiplin ilmiah.

Mengapa sejarah tak bersifat Objektif? Karena sejarah sudah memakai interpretasi dalam seleksi. Poespoprodjo mengungkapkan subjektivitas dalam sebuah penulisan sejarah adalah diizinkan karena tanpa subjektivitas maka tidak akan pernah ada objektivitas.

Supaya lebih mudah dimengerti, subjektivisme adalah kesewenangan subjek dalam mengadakan seleksi, interpretasi, dalam menyusun periodasasi, namun kesewenangan tersebut tidak bertumpu pada dasar yang dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan subjektivitas sangat erat hubungannya dengan kejujuran hati dan kejujuran intelektual.

Poespoprodjo mengungkapkan ada tiga hal yang dapat memengaruhi subjektivitas peneliti sejarah yang akan membantu menuju objektivitas yakni sebagai berikut.

a.       Peranan human richness

Keberhasilan sebuah karya sejarah sangat bergantung pada seluruh disposisi intelektual sejarawan atau peneliti sejarah tersebut. Oleh karena itu merupakan sebuah syarat bahwa seorang peneliti sejarah atau sejarawan mempunyai suatu filsafat manusia yang sehat, terbuka terhadap nilai kemanusiaan, dan terbuka terhadap segala koreksi.

b.       Titik berdiri

Cara seseorang untuk memandang sebuah objek akan berbeda satu sama lain akibat titik berdiri yang berbeda. Masing-masing akan menihat dan memberikan persepsi terhadap objek sesuai denga napa yang ia lihat dari titik dimana ia berdiri.

c.        Mengenal sumber distorsi

Seorang peneliti sejarah atau sejarawan seharusnya mengenali sumber-sumber distorsi yang dapat mengganggu subjektivitas dirinya. Sumber distorsi yang berasal dari dalam diri sendiri dapat diketahui dengan mempertanyakan kedalaman subjektivitas diri.

 

6.       Kelemahan Historiografi

Adapun dalam penyusunan historiografi mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh kelemahan dalam penulisan sejarah (historiografi). Secara umum kelemahan historiografi yaitu sebagai berikut.

a.       Sikap pemihakan sejarawan kepada golongan-golongan tertentu.

b.       Sejarawan terlalu percaya kepada pengutip berita sejarah.

c.        Sejarawan gagal menangkap maksud-maksud apa yang dilihat dan didengar serta menurunkan laporan atas dasar persangkaan keliru.

d.       Sejarawan memberikan asumsi yang tak beralasan terhadap sumber berita.

e.       Ketidaktahuan sejarawan dalam mencocokkan keadaan dengan kejadian sebenarnya.

f.         Kecenderungan sejarawan untuk mendekatkan diri kepada penguasa atau orang berpengaruh.

g.       Sejarawan tidak mengetahui watak berbagai kondisi yang muncul dalam perbedaan.

Continue reading Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern